Manajemen Pembangunan Perkotaan
Migrasi
dari pedesaan ke perkotaan yang terjadi sehari-hari diseluruh dunia ketiga
merupakan satu di antara perubahan-perubahan bersejarah pada zaman sekarang
ini.pembangunan masih dianggap sama dengan pertumbuhan setiap orang melihatnya
sebagai suatu yang tergantung pada industrialisasi dan urbanisasi. Namun ketika
pembangunan didefinisikan secara lebih luas mulailah bermunculan pertanyaan
tentang dampak kebijakan kebijakan perkotaan atas sektor-sektor lain dalam
perekonomian khususnya wilayah pedesaan.
Sementara
ini orang-orang terus menerus mengalis ke kota-kota besar, dan perumahan, istem
pembuangan air, penyediaan air besih, semuanya menjadi semakin dibutukhan dan
makin tidak memadai.
Dimensi-dimensi masalah perkotaan
Dengan
migrasi dan pertambahan alami yang berkelanjutan, diproyeksi bahwa populasi
perkotaan dinegara-negara sedang berkembang akan meningkat lebih dari satu
milyar antara tahin 1960-2000. Yang menjadi masalah, peningkatan itu tidak
tersebar secara imbang melainkan terjurus pada beberapa kota saja yang memang
sudah besar.
Migrasi
dari desa ke kota bahkan berlangsung pula dari negara-negara yang melaksanakan
kontrol yang meluas. Cina misalnya, mengalami tekanan migrasi yang terus
menerus dan kini mempunyai 31 kota
dengan populasi yang melebihi satu juta jiwa. Sebagian dari pertumbuhan ini
tentu saja adalah karena peningkatan jumlah penduduk secara alamiah dan karena
tingkat kelahiran yang secara
keseluruhan terus bertambah tetapi diperkirakan bahwa lebih dari
setengah peningkatan tahunan terjadi karena migrasi.
Migrasi
memiliki implikasi lain untuk administrator. Ketika orang-orang berpindah memasuki wilayah perkotaan,
meningkatlah kebutuhannya untuk mendapatkan jasa dan pelayanan dari pemerintah.
Sebagian dari peningkatan permintaan seperti ini merupakan ciri tak terelakan
dari kehidupan perkotaan.
Migrasi dan perilaku migran
Karena
migrasi adalah fakta yang demikian penting dalmkehidupan perkotaan, ada
manfaatnya jika diamati lebih seksama dan dijajaki apa tanggapan-tanggapan yang
dapat diberikan oleh pemerintah. Literatur tentang migrasi menyarankan bahwa
prhitungan para penduduk desa dalam memutuskan akan bermigrasi atau tidak
sangat mirip denganperhitungan mereka tentang peranserta secara umum. Pada
intinya, ini merupakan upaya nasional untuk menetapkan berbagai biaya dan
manfaat perpindahan ke kota.
Agaknya
insentif ekonomi memainkan peranan besar dalam memutuskan untuk bermigrasi;
tampaknya orang “cenderung berpindah dari tempat yang kesempatan ekonominya
rendah ke wilayah yang mengandung kesempatan-kesempatanpotensial yang tinggi”.
Hal yang sangat menentukan ialah bagaimana para penduduk desa memperkirakan
potensi itu. Umumnya mereka berpandangan bahwa wilayah perkotaan memiliki
potensi lebih besar untukmeningkatkan pendapatan mereka; persepsi ini sering
mereka pertahankan selama waktu yang panjang sementara mereka masih mencari
pekerjaan. Banyaknya masyarakat yang bertahan hidup sebagaipenghuni kakilima
dan tempat-tempat hunian liar mengatakan bahwa kehidupan mereka jauh lebih baik
di lingkungan perkotaan yang baru daripada di kampung halaman mereka
sebelumnya.
Dalam
banyak hal, asumsi-asumsi mereka memang berlandasan kuat. Angka-angka
menunjukkan bahwa pengangguran cenderung lebih banyakmelanda penghuni kota yang
berpendidikaan lebih tinggi dan lebih lama tinggal di kota ketimbang
penghuni-penghuni yang baru tinggal setahun di kota. Juga, bukan tak lazim jika
pendapatan di perkotaan lima kali atau sepuluh kali lipat lebih besar daripada
di wilayah pedesaan. Demikianlah maka mudah dilihat bagaimana wilayah-wilayah
perkotaan disamakan dengan kesempatan dan potensi yang lebih besar.
Survai-survai
juga memberikan petunjuk bahwa faktor-faktor yang menjelaskan kepuusan
bermigrasi ialah adanya kerabat di kota dan jarak antara desa dengan kota
tujuan. Kedua hal itu dapat menekan resiko yang timbul dari keputusan untuk
bermigrasi, dan dengan demikian dipandang meningkatkan kesempatan untuk
bermigrasi itu.
Karena
adanya selisi antara penghasilan perkotaan dan pedesaan merupakan faktor
terenting satu-satunya, migrasi dapat dihambat dengan mempertahankan agar
pendapatan perkotaan tetap rendah atau dengan memperbaiki pendapatan di
pedesaan. Oleh sebab itu para administrator perkotaan memiliki alasan untuk
lebih condong pada usaha-usaha pedesaan yang dapat menambah penghasilan,
pekerjaan di luar pertanian, dan perbaikan-perbaikan penghasilan dari
pertanian. Karena perbaikan jasa atau pendapatan perkotaan hanya akan
meningkatkan migrasi, hal-hal itu harus dbarengi dengan kebijakan yang
diarahkan pada pendapatan pedesaan. Juga bermanfaat jika diketahui berapa
proporso migran yang tinggal di kota hanya untuk beberapa saat kemudian kembali
ke kampung halaman sesudah mereka memperoleh sejumlah modal tertentu. Lalu
dapat dilakukan upaya untuk memudahkan mereka kembali ke desa dan bukan
mendorong mereka untuk tetap tinggal di kota.
Faktor-faktor
yang mendorong orang keluar dari desa :
1. Kekurangan tanah
dan orang-orang yang tak memiliki tanah
2. Akses yang
terbatas untuk faktor-faktor produksi, seperti air, hewan, alat-alat, kredit
3. Realitas
distriminasi sosial dan etnik
4. Untuk wanita,
migrasi dapat menjadi pelarian dari penderitaan karena disia-siakan atau karena
menjanda
5. Untuk pemuda,
migrasi dapat menjadi pelarian dari kekuasaan dan pengendalian otoriter pihak
yang lebih tua
Peran pemerintah
pusat
Lingkup jangkauan keputusan pemerintah pusat mengenai
buruh, tata guna tanah, investasi, pemajakan, dan penyerapan kerja, misalnya
mempunyai dampak langsung terhadap migrasi dan pembangunan perkotaan.
Semua kementerian mempunyai dampak terhadap
pembangunan perkotaan pada waktu yang akan datang. Kementrian perdagangan
merundingkan lokasi industri, akan mempengaruhi selisih pendapatan dalam suatu
radius yang luas di seputar tiap lokasi yang ditentukan. Kementrian pendidikan
secara tak langsung mempengaruhi pembangunan perkotaan dan migrasi melalui
sifat dan hakikat kurikulum dan lokasi gedung sekolah.kementrerian kesehatan
mempengaruhi pembangunan perkotaan dengan lokasi dan penstafan klinik-klinik
serta fasilitas yang disediakan, kementerian keuangan mempengaruhi organisasi
melalui kebijakan fiskal dan moneternya, dan kementerian pertanian memberikan
kebijakan harga sehingga mempengaruhi perkembangan migrasi
Wilayah perkotaan membutuhkan perhatian konstan karena
kepadatan kota menimbulkan kebutuhan akan tindakan ke pemerintah. Sering
masalah perkotaan dimasukan dalam agenda politik. Misalkan tingkat kematian dan
penyakit yang tinggi pada anak-anak di daerah pedesaan cenderung dilihat
sebagai sesuatu yang tak terelakkan sehingga tidak usah dilakukan
prakarsa-prakarsa kebijakan dalam hal itu. Namun di daerah perkotaan soal
kesehatan sering ditimbulkan oleh kepadatan, dan dalam hal ini angka kecil saja
sudah cenderung menarik perhatian yang segera.
Terjadinya bias perkotaan dalam keputusan kebijakan
ialah lebih banyak kegiatan politik penduduk kota, kelas menengah di perkotaan
lebih aktif dan secara politis lebih relevan.
Pemerintah Lokal
Suatu ciri penting warisan kolonial ialah pemerintahan
lokal yang lemah dan miskin. bukan berarti strukturnya yang lemah, sungguhpun
memang demikian ; kelemahan yang paling membahayakan ialah tiadanya cukup
kesadaran bahwa pemerintahan lokal memiliki kontribusi potensial dalam
mewujudkan vitalitas nasional. otoritas
lokal yang kurang cerdas dan tidak imajinatif sering merupakan penghambat
pelayanan dan jasa pemerintah.
pemerintahan perancis dipola mengikuti metropole. yakni menggunakan satu pusat
yang kukuh dan yang kekuasaaan administratifnya menjangkau jauh hingga ke
daerah-daerah pinggiran. bahkan sampai sekarang pemerintahan-pemerintahan
militer dinegeri dahulu yang menggunakan bahasa perancis cenderung menempuh
pendekatan Gaullist terhadap
pemerintahan lokal, dan cenderung
mengarahkan swadaya sebagai cara untuk mengerahkan buruh gratis bagi
pekerjaan-pekerjaan umum.
kolonialis inggris yang mempunyai tradisi pemerintahan
lokal di negerinya sendiri mencoba untuk mencangkokkan lembaga pemerintahan
lokal pada koloni-koloninya. misalnya
dibanyak kota sering disusun dengan mengikuti model English Town and Country
Planning Act dengan penekanannya atas tataguna lahan yang diatur secara
ketat dan tiadanya pekerjaan di sektor informal.
tugas penting yang diletakkan di pundak pemeritah
lokal ialah menyelenggarakan penyampaian pelayanan lokal. namun di negara
sedang berkembangpun, peranan yang di mainkan pemerintahan lokalpun sangat lemah. dalam kajiannya mengenai pemerinytahan dan
administrasi di Lagos, Anne Marie Hauk Walsh, menemukan bahwa pemerintah
tingkat regional dan federal mendominasi pelayanan dan pembangunan perkotaan.
Tugas administratif yang utama
untuk wilayah-wilayah perkotaan ialah memperbaiki atau meningkatkan kapasitas.
Kapasitas ini bergantung pada pendanaan atau pembiayaan.
Beberapa upaya untuk membenahi
masalah-masalah finansial hanya memperparah kekurangmampuan pemerintahan lokal.
Intisari kebijakan New Federalist
pada dasawarsa 1970an ialah menyalurkan seluruh dana federal melalui pimpinan
hasil pilihan lokal, dan ini menghasilkan diperkuatnya peran para walikota dan
anggota-anggota dewan kota sehingga kapasitas merekapun meningkat.
Colin
rosser memberikan upaya perencanaan perkotaan di kalkuta dalam dasawarsa 1960an
yang muncul dari perspektif tersebut. Mereka mendesak bahwa perencanaan
perkotaan seharusnya lebih daripada sekedar menyusun rencana fisik sesungguhnya
lebih tepat jika rencana itu dikatakan sebagai proses dan bukanya produk yang
rampung dan spesifik bukan pekerja satu gebrak yang dilakukan oleh para ahli
dibalik layar melainkan suatu proses permanen, berkesenambungan, yang
sepenuhnya terpadu dengan struktur pemerintah yang bener.
Hal
utama yang diutamakan oleh rosser ialah bahwa dalam rangka memadukan
seutuh-utuhnya dalam mengandalkan kelompok-kelompok sukarela itu, peranserta
harus diorganisasi secara berhati-hati. “pengorganisasi secara terampil yang
didasarkan pada konsultasi penuh dengan para pemuka lokal dan
departemen-departemen pemerintah merupakan syarat utama.” Implikasinya bagi
pembahas ini ialah bahwa pemerintah lokal memerlukan dukungan finansial dari
tingkat nasional dan juga perlu memerhatikan seksama pada struktur-struktur
keorganisasian untuk melibatkan masyrakat disamping perhatian pada produsen
untuk mengaitkan perencanaan dalam proses kebijakan serta melaksanakan
(implementasi) yang tengah berlangsung.
Tanggapan kebijakan
Tugas
penting pemerintahan lokal masih sama, yakni menyempaikan secara efesien dan
efektif jadwal dan pelayanan lokal, seperti pembuangan limbah, suplai air,
angkutan, perawatan kesehatan dan pendidikan.
Pemerintah kurang memperhatikan upaya
untuk menggunakan sektor swasta, kerjasama dengan masyarakat atau pengembangan
sistem yang bineka. Contohnya pembuangan limbah. Kota sentral membutuhkan
sistem pembuangan air limbah yang besar di jantung kota. Wilayah tempat tinggal
yang tidak padat di isi rumah-rumah milik warga masyarakat berpenghasilan
menengah, lebih efisien jika diusahakan agar sektor swasta membangun septic
tank. Dalam menata wilayah penduduk yang berpenghasilan rendah, peranan yang
paling bermanfaat yang mungkin dapat di mainkan pemerintah ialah menyediakan
bagi penduduk rancangan dan suplai material untuk membangun jamban mereka
sendiri.
Secara tradisional, pemerintah telah
menangani ketidakmampuan sektor swasta dalam menyediakan perumahan untuk
kelompok miskin melalui pembangunan perumahan rakyat. Tetapi, biasanya mahal
dan sulit perawatannya dan sering tidak populer di kalangan orang-orang yang
tidak bertah bermukim di situ. Pemerintah dapat menyediakan material tertentu
dan rangsangan lain untuk mendoronga warga masyarakat berperanserta dalam
membangun rumah masing-masing.
Charles abrams menulis tentang ‘’
perjuangan manusia untuk mendapatkan tempat berteduh ‘’ memintakan perhatian
terhadap kemungkinan cara ‘’pinjaman atap’’. Pemasangan atap adalah bagian
paling sulit dan paling mahal dalam pembangunan rumah. Pemerintah menyediakan
peminjaman untuk atap dan masyarakat diorganisasi dalam kelompok kecil dan
pinjaman digilirkan pada anggota kelompok kecil. Masyarakat akan mampu
membangun perumahan yang aman dan layak bagi dirinya sendiri. Perumahan swadaya
telah menjadi suatu strategi yang meluas penggunaannya di negara sedang
berkembang.
Pemenuhan kebutuhan pokok melalui
pendekatan swadaya masih menjadi tantangan untuk pemerintah diperkotaan.
Penting bagi kita untuk melihat adanya alternatif yang menghindari penghuni
liar memasang centengan kawat untuk menyadap listrik dari kawat yang terpasang
sepanjang jalan raya. Jadi, pemerintah dapat menentukan besarnya uang iuran
yang ditarik dari pemakai listrik itu berdasarkan rata-rata tingkat kelompok.
Alternatif ini akan mengukuhkan kewenangan pemerintah untuk mendapatkan
penghasilan dan akan mendorong penghematan di kalangan para pemakai listrik
itu.
tabel
12.1 strategi perbaikan jasa dan pelayanan perkotaan
biaya
rendah
1.
Mengorganisasi
swadaya lokal untuk membangun dan mengurus fasilitas-fasilitas lokal.
2.
Mendukung dan
melatih staf pembangunan masyarakat setempat.
3.
Organisasikan
proyek pendidikan non formal, misalnya sehubungan dengan gizi, kesehatan,
keterampilan kerja.
4.
Memantau
keputusan mengenai lokasi industri yang mempengaruhi pekerjaan dan jasa/pelayanan.
5.
Menambahkan
proyek lokal pada proyek yang dibiayai pusat.
6.
Melibatkan
perhimpunan sukarela dalam program-program lokal.
7.
Meninjau kode
dan peraturan lokal yang menghambat penyampaian jasa/pelayanan lokal.
8.
melatih
tenaga para-profesional untuk bidang-bidang yang sangat penting (misal :
perbidanan).
biaya
menengah
1.
Menyediakan
pelayanan dan jasa esensial pada taraf minimal (air, sambungan pipa drainasi),
mengenakan biaya pemakaian pada setiap penggunaan yang di atas minimum.
2.
Memberikan
jaminan hak penguasaan di wilayah-wilayah perumahan swadaya. Gunakan bantuan
dari pembangunan masyarakat untuk menggalakkan upaya swadaya.
3.
Menumbuhkan
pola kredit bergilir untuk meningkatkan fasilitas jasa/pelayanan lokal.
4.
Memantapkan
fasilitas-fasilitas koperasi untuk memperluas pelayanan yang diberikannya.
5.
Menunjang
himpunan-himpunan lokal sebagai imbalan bagi jasa/pelayanan yang mereka berikan
pada masyarakat.
Ada
perbagai pilihan yang tersaji di hadapan pemerintah-pemerintah lokal yang tidak
menuntut pembelanjaan modal yang besar, dan dapat digunakan oleh pemerintah
lokal sebagai bagian dari strategi untuk menanggapi pertumbuhan perkotaan.
Kebanyakan pemerintah lokal memiliki kewenangan yang memadai untuk melaksanakan
pendekatan ini dan memang sedang melaksanakannya, walaupun banyak juga yang
bimbang manakala memikirkan biaya politis bagi pendekatan-pendekatan itu.
Banyak
di antara strategi berbiaya rendah mempunyai sifat kontroversial dan bahwa
strategi-strategi itu menyajikan dilema-dilema sulit untuk pengelola perkotaan.
Wataknya yang kontroversial itu menyiratkan bahwa ihwal-ihwal berbiaya rendah
paling sering ditampik karena alasan politis atau keorganisasian, dan bahwa
analisis biaya manfaat yang picik tidak banyak faedahnya. Dalam
kenyataan-kenyataan politis yang demikian, sangat penting adanya organisasi
yang mengimbali para pejabat karena mau mengambil inisiatif , bersedia
menanggung risiko serta menanggulangi ketidakpastian. Jika difokusnya
dipindahkan dari jenis-jenis jasa dan pelayanan yang dapat diberikan di wilayah
pedesaan ke strategi untuk memperbaiki penghasilan diperkotaan, khususnya
penghasilan kelompok miskin, dapat digariskan seperangkat pilihan lain.
Dalam
banyak hal, para pengelola perkotaan menghadapi masalah-masalah pengelolaan
yang sama dengan yang dihadapi oleh para petugas penyuluh lapangan.
Administrator perkotaan adalah petugas lapangan juga, namun karena konsensus
terbuka mengenai tujuan-tujuan mereka lebih sedikit jika dibandingkan dengan
konsensus semacam itu dalam hal pekerjaan para petugas penyuluh, kuranglah
kecenderungan administrator perkotaan untuk mengambil inisiatif. Adalah
bermanfaat mempertimbangan biaya dan mannfaat politis yang harus diperhitungkan
oleh administrator lokal. Norman uphoff misalnya, menekankan kegunaan analisis
biaya manfaat untuk memahami pentingnya sumber-sumber daya politis bagi
keputusan-keputusan para administrator. Kesimpulan yang diambilnya ialah bahwa
para pemimpin politik harus memperhitungkan sumber-sumber daya politik yang
dimilikinya secermat perhitungan para ahli ekonomi ketika mengajukan nasihat
tentang investasi. “kemauan politik” atau political will bukanlah
sesuatu yang niscaya, dan ia tidak dapat diharapkan sebagai sandaran.
tabel
12.2strategi peningkatan pendapatan dan produktivitas kelompok miskin perkotaan
biaya
rendah
1.
Merevisi
lisensi-lisensi yang membatasi penyerapan tenaga kerja.
2.
Meninjau
kembali peraturan-peraturan tata guna tanah yang menghambat penyerapan tenaga
kerja lokal.
3.
Meninjau
kembali peraturan-peraturan lokal yang membatasi penjaja dan pedagang keliling.
4.
Mendukung
swadaya pembangunan fasilitas : kios-kios, pusat perawatan/penitipan anak-anak,
klinik.
5.
membebaskan
atau memotong pajak untuk usaha-usaha kecil.
biaya
menengah
1.
Menyediakan
fasilitas-fasilitas kredit bagi perusahaan-perusahaan skala kecil.
2.
Mengadakan
program-program latihan manajemen skala kecil bagi para pengusaha
/wiraswastawan.
3.
Menuntut
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di wilayah untuk menyelenggarakan latihan
kerja (job training).
4.
Memberikan
pinjaman untuk pembelian perlengkapan-perlengkapan kecil yang sangat penting
bagi usaha-usaha lokal mesin jahit, mesin hitung, sepeda, alat-alat.
5.
Membagikan
kupon transportasi pemasaran barang-barang.
6.
Mengadakan
negoisasi kontrak dengan perusahaan-perusahaan kecil di mana mungkin.
Tabel
12.2 merinci beberapa di antara pilihan-pilihan itu dan kemungkinan biaya
ekonomis, politis, dan administratifnya. Bagan itu membantu menjelaskan mengapa
beberapa pilihan yang tampaknya “tidak rasional” atau “tidak responsif” terhadap
kelompok miskin pada prakteknya sangat rasional untuk pembuat keputusan lokal.
Pilihan-pilihan itu rasional karena menanggapi intensif organisasional dan
sumber daya.karena itu pembauran struktur insentif merupakan hal penting agar
terjadi perubahan yang cukup bermakna. Suatu contoh perubahan semacam itu
adalah peranan yang dimainkan oleh beberapa donor internasional utama dalam
menggalakkan kebijakan-kebijakan inovatif. Misalnya dukungan dari
institusi-institusi seperti bank dunia untuk program-program perumahan swadaya
telah mendorong dan kadang-kadang membujuk pemerintahan-pemerintahan lokal
untuk mempertimbangkan sesuatu yang semula tidak mereka perhatikan.
Strategi-strategi kebijakan berbiaya rendah menyaran
bahwa sektor informal tidak harus selalu merupakan ancaman terhadap pembangunan
perkotaan melainkan bahwa sektor ini dapat menjadi sumber gairah dan
produktivitas. Sektor informal mengacu pada sektor yang tidak dapat
perlindungan, pada wilayah-wilayah pekerjaan pinggiran di luar sistem reguler pekerjaan
berupah (wage employment). Masalahny
ialah bahwa para pekerja sektor informal tidak memiliki perlindungan hukum,
tidak memiliki kontrak apapun, dan tnpa hak-hak perburuhan. Orang-orang miskin
yang tidak selalu merupakan migran yang baru tiba, terus menerus keluar masuk
sektor informal ini selama mereka mengiktiarkan penghasilan yang cukup untuk
bertahan hidup dari hari kehari.
Kebanyakan study empirik menunjukan bahwa disektor
informal ini wanita lebih sering banyak terdapat daripada laki-laki. Karena
dalam kurun antara dua pembayaran kerja wanita lebih terikat pada rumahtangganya
guna memelihara anggota-anggota yang belum mandiri, wanita akan berjuang
dipinggiran jalan, menjajakan dagangan, dan bekerja tanpa jaminan sedikitpun
bahwa dia akan mendapatkan penghasilan dengan basis reguler.
Ada dua tafsir mengenai peran dan sifat hakikat
sektor informal, yang satu menyatakan bahwa sektor ini merupakan titik masuk
yang penting bagi seorang migran, dan migran cenderung bergerak lebih lanjut
dari titik in menuju pekerjan yang lebih aman, lebih terjamin, dan lebih
mendapatkan keuntungan. Sedangkan pandangan yang keduaialah bahwa sektor
informal merupakan cerminan jalan buntu yang gagal mendapat atau mempertahankan
pekerjaan dengan upah yang ajeg.
Beberapa survey memberikan petunjuk bahwa sektor
informal informal terutama oleh para migran yang tidak begitu baru, sehingga
makin kuat alasan untuk meyakini kedua pandangan tersebut. Sifat dan jenis ciri
pekerjaan ini memang sering ilegal, seperti membuat minuman keras.
Kesimpulan
Wilayah-wilayah perkotaan dinegara sedang
berkembang, dengan konsentrasi manusia dalam jumlah raksasa, sekaligus
merupakan gudang energi dan sumber daya maupun pusat kemelaratan dan
kesengsaraan. Segemblang kenyataan yang ada pada kemelaratan, demikian jugalah
migrasi yang terus berlangsung sehingga memperdalam kesulitan. Dari segi
administraktif, soal yang dihadapi ialah bagaimana menangani masalah-masalah
ini tanpa menyedot lebih banyak orang ke kota-kota besar atau merenggutkan sumber
daya dari tugas utamanya yakni pembangunan pedesaan. Adapun dilemanya, tidak
banyak pemerintahan lokal yang memiliki kapasitas untuk menjadi kreatif atau
efektif. Oleh sebab itu pemerintah pusat perlu memikul sebagian besar beban
wilayah perkotaan tetapi dengan cara tertentu, sehingga mengukuhkan kapasitas
lembaga-lembaganya yang lemah dan kekurangan sumber daya. Sebuah sumber
strategi yang penting dicatat ialah menemukan lebih banya cara untuk menyadap
sumber-sumber daya sektor informal dan memberikan perlindungan pada sektor
tersebut agar dapat tumbuh serta semarak.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda di bawah ini. No Spam ! No Sara !