Ekonomi
bazaar adalah keseluruhan kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang berbasis di
rumah tangga, yang meliputi produksi barang dan jasa, pendistribusiannya dalam
masyarakat, dan pengkonsumsian pada lapisan masyarakat tertentu. Oleh karena
kegiatan ekonomi ini lebih bersifat subsistensi, maka orientasinya lebih pada
pemenuhan kebutuhan dasar di dalam suatu lapisan masyarakat tertentu, tidak
banyak menjangkau keluar dari lingkaran subsistensi dan self-sufficiency itu. Kegiatan ekonomi itu antara lain berdagang di
kaki lima, berdagang makanan di warteg, tukang parkir tidak resmi, pengamen,
pengangkut barang, tukang ojek, preman pasar, dan lain-lain.
T.G.
McGee (1997) The South East Asian Cities. New York : Viking, menduga bahwa
ekonomi bazaar itu bias melibatkan sekitar 60-70 persen dari keseluruhan total
kebutuhan dasar masyarakat lapisan ekonomi bawah hingga menengah-bawah. Para
ahli ekonomi lebih suka menyebut ekonomi bazaar ini sebagai sektor ekonomi informal,
yang seringkali digunakan untukmembedakan dari sektor ekonomi formal yang secara
structural dijalankan oleh negara (pemerintah).
Prinsip
territorial juga berlaku dalam ekonomi bazaar . Terdapat kavling-kavling yang
batasnya tidak kasat mata. Perkelahian bisa muncul kapan saja apabila ada
orang-orang yang dianggap melanggar batas wilayah kavling tertentu.
Dalam
pandangan Geertz, ekonomi bazaar itu tidak hanya bermakna ekonomi rakyat kecil
melainkan juga rekrutmen tenaga kerja, urbanisasi dari desa ke kota,
meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota, solusi atas pengangguran
diperkotaan, dan proses pemiskinan kota dan daya tampung kota yang mirip
fenomena involusi pertanian di pedesaan.
Ekonomi
bazaar dan kota-kota primat adalah dua isu yang ramai dibicarakan kira-kira
empat dekade yang lalu. Kedua gejala itu terlupakan cukup lama, padahal tetap
eksis, semakin besar, dan semakin serius pada masa kini.
Ekonomi
bazaar di kota-kota primat merupakan realitas kita yang dapat ditanggapi dari
dua sisi. Pada sisi pemerintah kota, ekonomi bazaar yang tak terstruktur, tidak
mengikuti aturan-aturan kota modern, cair dan mengalir, menimbulkan dampak
negatif terhadap wajah kota yang seharusnya tertib dan rapi berdasarkan tata
aturan modern. Di sisi warga masyarakat yang bersangkutan, ekonomi bazaar
menyumbang secara signifikan bagi kehidupan rumah tangga lapisan bawah hingga
menengah tanpa membebani anggaran keuangan negara. Kedua sisi ini seharusnya
dipahami secara lebih mendalam dan serius.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda di bawah ini. No Spam ! No Sara !