Friday, March 28, 2014

Ekonomi Bazaar



Ekonomi bazaar adalah keseluruhan kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang berbasis di rumah tangga, yang meliputi produksi barang dan jasa, pendistribusiannya dalam masyarakat, dan pengkonsumsian pada lapisan masyarakat tertentu. Oleh karena kegiatan ekonomi ini lebih bersifat subsistensi, maka orientasinya lebih pada pemenuhan kebutuhan dasar di dalam suatu lapisan masyarakat tertentu, tidak banyak menjangkau keluar dari lingkaran subsistensi dan self-sufficiency itu. Kegiatan ekonomi itu antara lain berdagang di kaki lima, berdagang makanan di warteg, tukang parkir tidak resmi, pengamen, pengangkut barang, tukang ojek, preman pasar, dan lain-lain.

T.G. McGee (1997) The South East Asian Cities. New York : Viking, menduga bahwa ekonomi bazaar itu bias melibatkan sekitar 60-70 persen dari keseluruhan total kebutuhan dasar masyarakat lapisan ekonomi bawah hingga menengah-bawah. Para ahli ekonomi lebih suka menyebut ekonomi bazaar ini sebagai sektor ekonomi informal, yang seringkali digunakan untukmembedakan dari sektor ekonomi formal yang secara structural dijalankan oleh negara (pemerintah).

Prinsip territorial juga berlaku dalam ekonomi bazaar . Terdapat kavling-kavling yang batasnya tidak kasat mata. Perkelahian bisa muncul kapan saja apabila ada orang-orang yang dianggap melanggar batas wilayah kavling tertentu.

Dalam pandangan Geertz, ekonomi bazaar itu tidak hanya bermakna ekonomi rakyat kecil melainkan juga rekrutmen tenaga kerja, urbanisasi dari desa ke kota, meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota, solusi atas pengangguran diperkotaan, dan proses pemiskinan kota dan daya tampung kota yang mirip fenomena involusi pertanian di pedesaan.

Ekonomi bazaar dan kota-kota primat adalah dua isu yang ramai dibicarakan kira-kira empat dekade yang lalu. Kedua gejala itu terlupakan cukup lama, padahal tetap eksis, semakin besar, dan semakin serius pada masa kini.

Ekonomi bazaar di kota-kota primat merupakan realitas kita yang dapat ditanggapi dari dua sisi. Pada sisi pemerintah kota, ekonomi bazaar yang tak terstruktur, tidak mengikuti aturan-aturan kota modern, cair dan mengalir, menimbulkan dampak negatif terhadap wajah kota yang seharusnya tertib dan rapi berdasarkan tata aturan modern. Di sisi warga masyarakat yang bersangkutan, ekonomi bazaar menyumbang secara signifikan bagi kehidupan rumah tangga lapisan bawah hingga menengah tanpa membebani anggaran keuangan negara. Kedua sisi ini seharusnya dipahami secara lebih mendalam dan serius.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar anda di bawah ini. No Spam ! No Sara !